Skip to main content

Pengolahan Sampah Dengan Konsep Incinerator

Incinerasi merupakan proses pembakaran sampah yang terkendali menjadi gas dan abu. Alat incinerasi disebut incinerator, yaitu alat pemusnah sampah yang dilakukan dengan cara pembakaran pada suhu tinggi, secara sistematis yang nyaman bagi lingkungan. Gas yang dihasilkan adalah gas-gas karbondioksida dan gas-gas lain. Sedangkan abunya akan digunakan sebagai pupuk kompos.

Untuk mendapatkan incinerasi yang optimum dan efisien, pembakaran harus dikontrol sehingga residu yang dihasilkan sekecil mungkin emisi gas berbahaya yang dihasilkan.
Prinsip kerja incinerator melalui tiga tahap yaitu :
1.      Membuat air dalam sampah menjadi uap air, sehingga limbah mebjadi kering dan siap dibakar.
2.      Proses pirolisis, yaitu proses pembakaran tidak sempurna dengan temperature yang belum tinggi.
3.      Pembakaran sempurna
Incinerator dalam pengoperasianya dapat menghasilkan temperature sebesar 815֯C hingga 1095֯C (Pichtel,2005)
Diperoleh persamaan keseimbangan energy sebagai berikut :
Mb + MO2             Q1 + Ma
Ms + MO2             Q2 + Ma
(Mb+MO2) + (Ms+MO2)                Q1+Q2 (Ma+Ma)
Terdapat dua hokum termodinamika yang langsung berhubungan dengan teknologi incinerasi. Pertama bahwa energy tersebut adalah kekal. Artinya dalam setiap proses incinerasi, output dalam system harus selalu sama dengan input dari system tersebut.
Hokum termodinamika yang kedua adalah mengekspresikan kenyataan bahwa setiap proses yang hanya terdiri dari transfer panas dari sebuah temperature ke temperature yang lebih tinggi ke temperature yang lebih rendah. Temperature berfungsi sebagai penggerak (driving force) dari transfer enengi panas. Laju transfer akan porposional dengan perbedaan temperature antara dua media. Satuan kuantitatif enenrgi didasarkan atas perubahan temperature dalam satuan massa air, yaitu kalori.
1.      Incinerator plan kamine PWR 10 (ղo dan Qo)
Melakukan kajian pustaka incinerator mengenai limbah sampah bagaiman kondisi fisis, dan sebagainya.
2.      Operasional incinerator (ղR dan QR)
Mencari data awal incenarator , kemudian dianalisi apakah ղRղo dan QR≠Qo
3.      Upaya peningkatan kinerja incinerator harapan (ղH dan QH)
Melakukan perbandingan data secara teori terhadap kondisi yang sesungguhnya, sehingga efisiensi harapan yang dihasilkan lebih baik dari efisiensi awal.
4.      Incinerator ideal (ղs dan Qs)
Mencari model matematis dari persamaan energy, dan memasukkan vaiabel diantaranya kecepatan angin, dan kecepatan bahan bakar kemudian menghitung besar ղs dan Qs, dan mengalisa apakah ղs>ղH dan Qs=QH
5.      Analisa data dan Rekomendasi
Melakukan analisa dengan membandingkan efisiensi awal : efieiensi real : efisiensi harapan : efisiensi ideal.
Keunggulan incinerator
1.      Bahan bakar solar dan air yang telah dipatenkan
2.      Pembakaran sempurna yang dapat memusnahkan seluruh jenis smpah kering
3.      Ramah lingkungan
4.      System continuous
5.      Tidak memerlukan lahan besar
6.      Tidak bising
7.      Tidak menimbulkan panas pada tabung

Panas yang dihasilkan pada incinerator dapat digunakan untuk membuat uap yang bias digunakan untuk menggerakkan turbin dengan maksud menghasilkan listrik serta untuk pemanas ruangan bagi negara negara beriklim dingin. Total energy bersih yang dihasilkan dalm satu ton sampah adalah 3MWh panas dan 2/3 MWh enenrgi listrik. Untuk panas pembakaran pada incinerator menurut AMDAL ada beberapa parameter yang harus diperhatikan, misalnya efisiensi panas 40%-80%, kehilangan panas 19-55% dan konsumsi bahan bakar 40%-90%.


Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Lempeng Bumi dapat Bergerak ?

Lempeng tektonik dapat bergerak karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik. kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan. Pada waktu pembentukannya, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan ( cooling down ) dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-pergerakan lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi.  Dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam...

Pendekatan dan Metode Dalam Pengajaran Remedial

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Peserta didik   adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik merupakan tunas penerus bangsa yang tentunya memerlukan pendidikan yang berkualitas. Dalam pendidikan, pendidik harus mampu memahami kharakteristik dari peserta didik, agar pendidik dapat memilih metode apa yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Metode yang tepat akan menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi berarti dan tepat sasaran kepada peserta didik, serta sesuai dengan tujuan umum belajar yaitu usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Prosedur Pelaksanaan Remedial Teaching

Pelaksanaan remedial teaching merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar yang dapat dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut: 1.       Penelaah kasus kembali dan permasalahannya. Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya. Tujuan penelitian kembali kasus adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan penelitian kasus akan dapat di tentukan siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial teaching. Dengan adanya Remedial Teaching, pendidik dapat mengetahui: